Kalimat Laailahaillallah merupakan tapak asas dalam ajaran Islam. Jika persoalan ini selesai, maka persoalan orang lain akan selesai pula. Kita perkatakan apakah kehendak kalimah ini.
Ucapan Laailahaillallah kalau dilihat di dalam kitab-kitab utama ada menamakan Kalimah Syahadah, Kalimah Tauhid, Kalimah Toyibah ataupun Zikir Utama.
Sebab dipanggil kalimat Laailahaillallah itu karena :
1. Merupakan Kalimah Syahadah atau kalimah peryaksian, yaitu siapa yang mengucapkan Laailahaillallah dia telah mengumumkan dirinya pada orang banyak bahwa dia orang muslim atau Islam.
2. Merupakan Kalimah Tauhid karena dalam kalimah itulah dibahas tentang Ke Esaan Zat Allah SWT.
3. Merupakan Zikir Utama karena dalam ajaran Islam itu ada bentuk zikir yang paling utama ialah kalimah Laailahaillallah. Barangsiapa yang mau masuk Islam harus menempuh pintu gerbangnya dahulu yaitu Laailahaillallah dan tidak sah dengan zikir atau lain-lain perbuatan.
4. Mengucapkan Kalimah Toyibah, kalimah yang baik karena kalau seseorang itu benar-benar mengucapnya dari hati, hati itu teguh dan dapat mencetuskan segala kebaikan kepada Allah SWT. Hati itu akan mendorong seseorang melakukan kebaikan.
Di dalam Al Quran Allah telah bandingkan kalimah Toyyibah ini dengan sebatang pohon yang akar tunjangnya kukuh di bumi membuat pohon itu teguh / kokoh. Ini sebagai isyarat dari Allah terhadap orang yang kuat imannya. Begitulah jika seseorang itu kuat imannya, bila datang ujian sebesar manapun baik ujian itu berbentuk nikmat atau penderitaan, orang begini bila diuji makin bertambah imannya. Diuji dengan nikmat, dia bersyukur kepada Allah. Bila diuji dengan penderitaan dia sabar dan redha. Itulah hasil dari kalimah Laailahaillallah, lahir dari hati seseorang.
Bagaimana dengan hati orang yang tidak dapat merasakan kalimah ini dari hati. Bila diuji dia akan tidak sabar. Kadang-kadang dapat durhaka dengan Allah dan menzalimi orang lain.
Jadi, sebatang pohon yang diibaratkan oleh Allah dengan akar tunjan yang kukuh bahkan batangnya kuat. Begitu juga dengan dahan-dahan, ranting-ranting, daun dan bunga, serta buahnya hingga menawan hati orang lain. Orang akan berteduh di bawahnya dan dapat makan buahnya pula. Ini artinya orang yang mengucap Laailahaillallah itu dari hati, dan jiwa yang sadar dan takut itu hingga dapat membangunkan segala kebaikan. Kebaikan yang dibuat bukan saja dapat manfaat bahkan orang lain juga dapat ikut merasakan. Itulah jalan yang sebaik-baiknya, seperti hadits Rasulullah SAW yang artinya :
“Sebaik-baik manusia itu dapat memberi manfaat kepada manusia lain”
Orang yang mengucapkan kalimah Laailahaillallah itu tidak lahir dari hatinya, maka dia tidak akan mampu mencetuskan kebaikan, bahkan orang lain tidak akan dapat manfaat darinya.
Sebenarnya tuntutan kalimah ini begitu banyak, sebanyak yang diminta oleh ajaran Islam. Sebanyak yang diminta oleh Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Diantaranya :
1. Siapa saja yang mengucapkan dua kalimah Laailahaillallah dari hatinya dia akan dapat membangunkan Al Quran dan Sunnah dari dalam dirinya, keluarganya, masyarakat, negara, dan alam sejagad.
Dalam satu sejarah pernah terjadi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya “
“Barangsiapa yang berkata Laailahaillallah akan masuk Syurga”
Mendengar hadits itu Para Sahabat langsung sampaikan kepada Sahabat-Sahabat yang lain. Mereka tidak menunda-nunda untuk menyampaikannya karena mereka teringat hadits Rasulullah yang artinya :
“Sampaikan dariKu walau satu ayat”
Seorang Sahabat bila bertemu dengan Sayidina Umar dia langsung sampaikan hadits ini. Tiba-tiba dia kena tampar oleh Sayidinna Umar. Sahabat tadi agak terperanjat. Setelah mereka berfikir, siapa yang benar, siapa yang salah, akhirnya mereka berjumpa Rasulullah. Kata Rasulullah kedua-dua Sahabat ini betul. Apa buktinya ? Sahabat tadi sampai dia yakin dengan apa yang dikatakan Rasulullah itu benar. Pada Sayidina Umar pula, dia takut Sahabat tadi sampaikan hadits inni pada orang yang jahil, tidak paham tuntutan kalimah itu yang menyebabkan dia tidak buat amal lagi. Sedangkan yang lain asyik dengan zikir Laailahaillallah saja. Sebab itu awal-awal lagi Sayidina Umar tampar Sahabat tadi.
2. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah.
Seluruh sikap dan perbuatannya hendak dijadikan ibadah dan dipersembahkan kepada Allah atau dengan kata lain hamba kepada Allah. Bukan saja pada ibadah-ibadah asas, tetapi juga pada ibadah-ibadah sunnat, sunnat muakad, sunat ghairu muakkad dan fadhoilul a’mal atau amalan utama. Bahkan perkara harus juga hendak dijadikan sebagai ibadah kepada Allah.
Ia tidak akan menjadi ibadah kalau tidak menempuh 5 syarat :
· Niat harus betul
· Pekerjaan yang dilakukan sah menurut syariat
· Pelaksanaan harus betul
· Hasilnya disalurkan ke tempat yang benar
· Jangan meninggalkan perkara yang asas
3. Tiada yang ditakutkan melainkan Allah.
Siapa yang mengucapkannya tiada lain yang dia takut melainkan Allah. Menurut keyakinan orang mukmin, yang memberi bekas adalah Allah. selainNya tidak, walau sebesar mapa sekalipun kuasanya. Firman Allah SWT yang artinya :
“Jangan kamu takut cercaan orang yang mencerca”
[Q.S. Al Maidah : 54]
Benarkah kita meletakkan Allah yang kita takut, selainNya tidak ? Kalau kita nilai sikap kita ini, banyak yang kita takut selain dari Allah. Contoh, kalau kita sedang bekerja, tiba-tiba datang dua perintah :
Perintah tuan
Perintah Tuhan
Bila masuk waktu shalat, manakah yang hendak kita dahulukan, selesaikan kerja atau shalat ???
4. Tiada yang dicinta melainkan Allah.
Sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“Tidak beriman seorang kamu sehingga dia menjadikan Allah dan RasulNya paling dicintai dibandingkan selain daripadanya”
Jadi, Allah dan Rasul saja yang dia cinta. Kalaupun dia cinta keluarga, anak, isteri, harta dan sebagainya tidak sampai mengatasi cintanya kepada Allah dan Rasul. Sejauh manakah cinta kita kepada Allah selama ini ? Bagaimana kalau tengah kita tidur di waktu malam, tiba-tiba ayam yang kita sayang dicuri orang ? Berbanding dengan sengaja hendak bangun tahajud di tengah malam karena tanda cinta kita kepada Allah.
5. Tiada yang dia redho melainkan Allah. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
“Aku redho Allah sebagai Tuhan”
Allah saja yang dia redho sebagai Tuhan.
Apa tanda kita redho Allah sebagai Tuhan ??? Kalau sekedar mengaku di mulut saja kita ini redha Allah sebagai Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Orang kafir pun mengaku juga Allah sebagai Tuhan, tetapi mereka tidak redho Allah itu sebagai Tuhan. Firman Allah SWT yang artinya :
“Sesungguhnya jika kamu (Muhammad) tanya kepada orang kafir itu, siapa yang menjadikan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab “Allah”.
Orang yang redho dengan Allah, walau apa Allah buat padanya, dia tetap mengaku Allah itu sebagai Tuhan walau apa yang dihajatinya tidak dapat.
6. Tiada tempat yang dia tawakal kecuali Allah. Allah lah tenpat dia menyerah diri, sesuai dengan ucapat Rasulullah SAW yang artinya :
“Kepada Engkau kami bertawakal”
Tawakal itu ada 4 :
· Tawakal pada diri
· Tawakal pada harta
· Tawakal pada orang
· Tawakal pada Allah
· Tawakal pada diri
Kita yakin kepada diri dapat berusaha untuk beri rezeki sebab badan masih kuat. Dia lupa Allah yang memberi kuasa, Allah yang memberi rezeki.
· Tawakal pada harta
Dia tidak bimbang karena sudah ada rumah sewa
· Tawakal pada orang
Dia yakin selagi orang itu beri bantuan padanya, dia tidak bimbang dengan rezeki. Sudah ada jaminan hidup diri dan keluarga.
· Tawakal kepada Allah
Dia tidak peduli orang bantu atau tidak, ada kerja atau tidak, dia tetap bertawakal pada Allah, bersandar pada Allah, menyerah diri pada Allah. Dia yakinn Allah saja yang memberi bekas. Inilah tawakal orang mukmin sejati.
7. Tidak ada hukuman kecuali Allah. Tidak ada undang-undang kecuali undang-undang Allah. Dia akan terima hukuman, undang-undang dari Allah saja untuk dirinya, keluarga, masyarakat, negara dan alam sejagad.
Jadi siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum dari Allah, baik dirinya, keluarganya, masyarakatnya, ekonomi, negara dan alam sejagad dan lain-lain. Coba kita lihat firman Allah yang artinya :
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka dia akan jatuh kafir”.
[ Q.S. Al Maidah : 44 ]
Firman Allah yang lain :
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah dia akan jatuh zalim”.
[ Q.S. Al Maidah : 45 ]
Firman Allah yang lain :
“Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah dia akan jatuh fasik”.
[ Q.S. Al Maidah : 47 ]
Itu merupakan sebagian kecil saja tuntutan kalimah. Sebenarnya ada banya, sebanyak yang diminta ajaran Islam.
Jadi barangsiapa yang mengucapkan Laailahaillallah, jika kita melaksanakan tuntutannya berarti kita telah melakukan “Amru bil Ma’ruf wanahyu Anil Munkar”, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar. Berjuang dan berjihad menegakkan Al Quran dan Sunnah dalam diri, keluarga, masyarakat, seterusnya negara dan alam sejagad.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan